Kisah Keruh dari Laut Biru

Laut Bercerita menjadi buku fisik yang pertama saya beli. Sebelum memutuskan untuk membeli buku ini, saya telah membaca ulasannya melalui akun-akun jualan yang berseliweran di Twitter. Ya, selain murah juga sih, maklum preloved hehe. Rasa penasaran terhadap buku ini terus saja menghantui saya. Penasaran itu muncul karena berbagai testimoni pembaca dan penggambaran terhadap kasus penculikan yang terjadi di tahun 1998. Sayangnya, saya harus menabung untuk bisa membeli buku ini. Akhirnya, tepat pada 25 Juli 2022 saya beranikan mengambil buku preloved ini dari toko online.

Laut Bercerita memiliki premis tentang penculikan terhadap aktivis-aktivis yang terjadi pada peristiwa ’98. Di masa itu, kondisi politik Indonesia tengah memanas, salah satunya akibat pergerakan mahasiswa. Merespon aksi tersebut, pemerintah pun selalu membungkam mahasiswa yang memiliki pemahaman kritis. Mereka yang kritis terhadap pemerintah ini selalu dianggap sebagai ‘musuh negara’. Mereka dianggap berniat menggulingkan Presiden Soeharto.

Pada novel ini terdapat tokoh utama bernama Biru Laut. Karakter dan kisah Laut dibentuk berdasarkan cerita-cerita dari aktivis yang terlibat pada peristiwa ’98 dan cerita keluarga korban penculikan. Dalam menceritakannya pun, penulis Leila S. Chudori memanfaatkan beberapa perspektif, yaitu sudut pandang aktivis dan keluarga korban.

Buku Laut Biru
Dok. pribadi

Saat membaca juga saya pribadi tidak banyak mengetahui tentang peristiwa ’98. Lewat buku ini, rasa ingin tahu saya terhadap peristiwa kelam itu pun muncul. Saya mulai mencari tahunya melalui Youtube dan Google. Setelah mengetahui tipis-tipis, saya menjadi relate dengan ceritanya. Akibatnya, saya tersadar, bahwa sepertinya saya sudah harus banyak tahu tentang sejarah Indonesia. Bukan hanya lewat pendidikan formal melainkan sumber-sumber lainnya. Seperti halnya yang Laut dan kawan-kawannya katakan, sejarah Indonesia telah banyak dimanipulasi.

Kesan Terhadap Laut Bercerita

Buku ini dibuka dengan bab Epilog yang membuat saya merasa pilu terhadap penyiksaan yang dialami Laut oleh orang-orang misterius. Puncak rasa sedih muncul ketika Laut diceburkan ke lautan lepas dengan kaki dirantai dengan pemberat, bahkan dalam kondisi luka lebam dan tembakan. Kondisi yang akan tenggelam, ia merasa akan mati. Saat itu pun ia berpikir, apakah perjuangan ini salah? Hingga muncul sosok yang ia sebut Sang Penyair di tengah keadaan ia hampir mati karena tenggelam. Jadilah, saya menitihkan air mata.

Selanjutnya, Leila S. Chudori berhasil membuat pilu itu terobati dengan permainan emosi yang diciptakan melalui cerita dan karakter yang ada di Laut Bercerita. Seperti munculnya rasa semangat ketika membahas pergerakan Laut, dkk, deg-degan karena adanya pengintaian terhadap organisasi yang digeluti Laut, hingga perasaan kesal terhadap pengkhianatan yang terjadi.

Namun, ternyata masih ada rasa pilu di beberapa cerita. Seperti ritual rutin keluarga Biru Laut berkumpul untuk makan malam di Hari Minggu. Sebelumnya Ritual Minggu keluarga Laut diceritakan begitu hangat, tiba-tiba saja menjadi kelam setelah kejadian penculikan tersebut. Apalagi Ayah dan Ibu yang begitu menyangkal kalau anaknya sudah hilang dan tak akan pernah kembali — ini sedih banget asliiii — adiknya Laut, Asmara Jati juga terdampak karena harus menampung kesedihan itu sendiri dan terabaikan oleh kedua orangtua. Sebab, orang tuanya kini lebih fokus kepada pertanyaan “apakah anakku akan pulang dengan keadaan lapar atau mengejutkan di depan pintu saat Hari Minggu esok?”.

Secara keseluruhan terdapat dua kali penangkapan. Pertama terjadi setelah Aksi Ladang Jagung. Pada saat itu, Laut, dkk, masih beruntung. Mereka hanya diinterogasi dan diancam, walaupun tetap ada kekerasan di dalamnya. Penangkapan kedua menjadi titik tergelap. Bahkan, penulis menuliskan tiap siksaan yang tidak manusiawi dengan detail, hingga saya merasa merinding. Di mana Laut, dkk, benar-benar disiksa selama berbulan-bulan. Adapun perasaan kesal pada diri saya akibat pengkhianatan yang terjadi. Sebelumnya, penulis lewat tokoh Bram menyinggung soal akan selalu ada pengkhianat di antara suatu kelompok, termasuk Winatra, organisasi Laut bernaung.

Kemudian dari sudut pandang keluarga yang ditinggalkan pun cukup menyayat hati berkat penceritaan Leila — dua kali air mata lelaki turun membasahi pipi. Dari tiap berkumpul untuk membahas Aksi Kamisan di depan Istana Negara hingga ada penemuan terhadap tulang-tulang di Pulau Seribu yang diduga milik dari korban penculikan.

Laut, dan kawan-kawannya telah memaksa saya untuk mengetahui sejarah kelam peristiwa ’98, sekaligus untuk tidak melupakan perjuangan ‘Laut, dkk’ demi memperjuangkan demokrasi negeri ini.

Judul: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Jumlah Halaman: 379 Halaman
tahun penerbit: 2017
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Penulis: Bagaskoro/@babayagee | Penyunting: Garis Khatulistiwa/@gariskhatulistw
Suka dengan blog ini? Mari dukung penulis agar tetap
konsisten membagikan artikel selanjutnya!٩( ᐛ )( ᐖ )۶
Pemberian dukungan dapat di saweria.co/babayagee

Komentar

Posting Komentar